4. Tawasul kepada selain Allah
Mazhab Syiah menjadikan Nabi Muhammad SAW dan para Imam maksum as serta para wali Allah yang saleh sebagai perantara dan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pengikut Syiah percaya bahwa tawasul kepada Ahlu Bait as tidak berarti menyembah mereka, tetapi meminta syafaat dan permohonan dari orang-orang yang dekat dengan Tuhan.
Perbuatan ini berakar pada Al-Qur’an, di mana Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maaidah: 35)
Al-Qur’an juga menyebutkan kisah tawasul anak-anak Nabi Yakub kepada ayah mereka, di mana mereka meminta Ya’qub as untuk meminta pengampunan kepada Allah atas dosa-dosa mereka, “Mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)’. (QS. Yusuf: 97)
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa tawasul mempunyai tempat yang sah tidak hanya dalam tradisi Syiah, tetapi juga dalam kitab suci dan sejarah para nabi, dan merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
5. Permusuhan dan penghinaan sahabat Nabi
Salah satu tuduhan paling umum terhadap pengikuat Syiah adalah mereka menganggap para sahabat Nabi SAW sebagai musuh dan tidak menghormati mereka. Kebohongan ini juga merupakan tuduhan yang disengaja.
Faktanya, Syiah berpendapat bahwa ada dua kategori umum yang ditemukan di kalangan sahabat setelah Nabi. Satu kelompok dari mereka yang tetap setia sepenuhnya dan kelompok lainnya yang memutuskan sendiri suatu masalah.
Pengikut Syiah mengkritik beberapa perilaku kategori kedua, tapi seperti yang dikatakan oleh ulama Syiah dari lama hingga baru, seperti Imam Khomeini dan Imam Khamenei, penghinaan apa pun terhadap kategori kedua adalah haram.
Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ada gerakan sesat atau jahil yang mengatasnamakan Syiah melakukan penghinaan dalam sebuah pertemuan dan musuh-musuh persatuan Syiah-Sunni mengaitkannya dengan semua Syiah dengan menyebarkan satu penghinaan di media.
Dari sudut pandang seluruh marji taklid dan ulama Syiah, tidak boleh menghina para sahabat.
6. Menghina istri Nabi SAW
Tuduhan palsu dan umum lainnya adalah bahwa pengikut Syiah tidak menghormati istri Nabi dan memfitnah mereka. Padahal pengikut Syiah menghormati kedudukan istri-istri Nabi dan tidak pernah memasukkan fitnah seperti itu dalam keyakinan mereka.
Perbedaan penafsiran terhadap beberapa peristiwa sejarah tidak pernah berarti merendahkan pribadi dan kedudukan istri Nabi dalam keyakinan Syiah. Dari sudut pandang semua Syiah dan berdasarkan Al-Qur’an, istri Nabi adalah “Ummul Mukminin”.
Yang terakhir, tuduhan-tuduhan dan rumor-rumor ini sebagian besar dimunculkan oleh kelompok-kelompok penghasut media dan mereka yang ekstrem, sementara banyak warga Sunni yang tidak mempercayai keyakinan tersebut.